Jelang perhitungan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2014 yang akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat berbagai kalangan masyarakat cukup was-was, siapakah yang akan disebut sebagai pasangan Capres-Cawapres yang memperoleh suara terbanyak.
Berbagai gejolak pun tampak sudah mulai timbul, mulai dari saling protes hingga enggan untuk menerima kekalahan. Hal ini yang diduga akan munculnya konflik baru yang semakin kacau.
Mengantisipasi hal tersebut, berbagai penjagaan dan pengamanan ketat pun dilakukan oleh personel gabungan dari Polri dan TNI untuk mengawal jalannya pengumuman hasil perhitungan suara secara nasional oleh KPU kepada publik yang sudah menunggu-nungu hasilnya.
Dalam sebuah diskusi publik bersama dengan Youth Movement Institute, Abdul Ghopur yang merupakan intelektual muda dari PBNU menyampaikan agar Mahasiswa untuk ikut berperan aktif dalam pengawalan perhitungan suara Pilpres 2014 agar terciptanya nilai demokrasi yang baik.
Sebagai kaum muda terdidik, sudah seharusnya Mahasiswa menjadi pelopor untuk ikut meluruskan persepsi bangsa dan menekan indikasi kekerasan dan perpecahan bangsa hanya karena terpancing dengan persepsi orang lain yang dianggap benar dan menimbulkan fanatisasi yang berlebihan.
"Coba lihat, sekarang di sosial media antar sesama saling menghujat, padahal kita ini satu. Pengumuman Pilpres itu agenda rutinitas negara saja, jangan terlalu dipolitisir untuk menjatuhkan antar sesama," ujar Abdul Ghopur, Senin (21/7/2014).
Selain itu, salah satu pembicara lain dalam diskusi bertemakan "Konsolidasi Demokrasi : Membangkitkan Persatuan dan Kesatuan yang Hampir Punah", Marlo Sitompul di sebuah restoran di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur tersebut menyampaikan jika Mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, hal ini baginya, negara Indonesia dibangun dengan perjuangan besar rakyar Indonesia sendiri.
"Demokrasi dan Bangsa Indonesia dibangun dengan tumpah darah rakyat Indonesia sendiri, hasi perjuangan besar para pendahulu kita harusnya kita senantiasa jaga, jangan ciptakan perpecahan." katanya.
Sementara itu, Twedy Noviady juga menyampaikan pandangannya jika upaya membangun bangsa ini harus berdasarkan satu kesepamahaman, satu tujuan, dan gotong royong. Ketua Presidium GMNI itu pun menganalogikan persepsi tersebut dengan upaya membangun sebuah biduk rumah tangga.
"Membangun bangsa itu sama halnya dengan membangun rumah tangga, harus ada kesepemahaman dan satu cita-cita, meskipun jika urusan negara jauh lebih kompleks dari pernikahan," terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Twedy juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan jenis politik Devide et Impera. Dimana pola politik menggunakan upaya adu domba dan persoalan SARA pun menjadi senjata andalannya.
"Ingat, praktek politik yang saat ini berlangsung hampir mirip dengan pola politik Devide et Impera yang dulu dipergunakan para penjajah untuk memecah belah kerajaan, polanya pun masih dipraktikkan sampai saat ini." katanya.
Jelang Penentuan Presiden Baru, Masyarakat Tetap Jaga Persatuan
Reviewed by Muhammad Ibnu Idris
on
23:20
Rating:
No comments:
- Berikan respon anda dengan memberikan komentar yang baik. Baca Disclaimer.
- Kotak komentar ini hanya dikhususkan bagi pengunjung yang memiliki akun Google (Gmail / Google Plus).
- Jika anda tidak memiliki akun Google, silahkan berkomentar via Facebook di bagian atas.