Pesta demokrasi yang tinggal menghitung hari ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh para Calon Anggota Legislatif (Caleg) untuk memperoleh suara terbanyak dalam Pemilihan Umum Legislatif yang akan berlangsung pada tanggal 9 April 2014.
Beberapa waktu yang lalu, para Caleg diberikan kesempatan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menggelar kampanye dan menyuarakan visi dan misi mereka kepada masyarakat bahwa mereka adalah orang yang pantas untuk dipilih mewakili aspirasi rakyat.
Dengan mengumbar janji-janji manis, mereka bersikeras untuk maju menjadi calon wakil rakyat baik di DPR, DPD, maupun DPRD membuat upaya-upaya doktrinitas kepada rakyat bahwa dirinya adalah orang yang paling peduli kepada kepentingan rakyat dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Tak elak jika berbagai upaya dilakukan untuk menarik simpati rakyat, salah satunya adalah dengan cara melakukan kampanye bahkan hal kotor seperti suap dan money politic pun dilakukan. Uang ratusan juta hingga miliaran rupiah menjadi salah satu modal utama jika ingin meraih suara banyak.
Lalu bagaimana jika nantinya caleg yang telah mati-matian menarik simpatisan rakyat dengan menggelontorkan dana bahkan ada yang yang telah menjual rumah, mobil, tanah, dan membongkar celengan di Bank demo maju menjadi caleg. Siapkah mereka kalah dan legowo menerima kekalahannya atau justru harus merasakan benturan jiwa sehingga membuat jiwanya terganggu dan stres berat akibat harta bendanya ludes.
Lalu bagaimana jika mereka menang, apakah mereka akan meludahkan janji-janji politiknya dan berusaha untuk mengembalikan modalm besar yang telah dikeluarkan untuk manjadi calon anggota legislatif saat jelang pemilu seperti saat ini, atau benar-benar nantinya akan melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat dan memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Nyaleg adalah Judi
Memang tak salah jika nyaleg bisa disama artikan dengan berjudi. Siapapun tak akan tahu mereka akan menang atau kalah. Dengan mengeluarkan taruhan besar hingga miliaran rupiah. Membagi-bagikan kupon sembako dan menyuap rakyat dengan uang Rp. 30 ribu hingga Rp. 100 ribu untuk menjadi simpatisannya pun biasanya dilakukan.
Padahal rakyat pun sudah cerdas mana yang ikhlas dan mana yang berbau kepentingan belaka. Saat uang dan harta ludes namun cita-citanya menjadi caleg kandas di tengah jalan karena tak memperoleh suara yang mumpuni. Iklas atau Rumah Sakit Jiwa adalah tempat berlabuhnya mereka. Dan itulah pilihan.
Gila, depresi dan tekanan mental biasanya timbul akibat para caleg tidak siap dan tidak mengukur kemampuannya baik secara skill maupun finansial apakah sudah saatnya mereka maju atau belum. Hanya modal nekad dan mimpi besar untuk duduk di parlemen membuat beberapa hal penting bisa saja kurang diperhatikan. Namun jika memang semuanya sudah siap, maju pun tak bermasalah.
Caleg Harus Tahu dan Pandai Beroganisasi
Menjadi caleg pun bukan hanya upaya dagelan, apalagi hanya karena nama panggung besar yang dijadikan sebagai syarat yang dianggap sesuai. Berbagai skill pun harus dimiliki untuk memuluskan langkahnya memperjuangkan apresiasi rakyat. Sebagai salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh Partai Politik (Parpol) untuk mengusung seseorang menjadi calon anggota legislatif maupun calon Presiden pun, parpol harus melakukan kaderisasi terlebih dahulu sehingga caleg pun siap dan benar-benar bisa menjalankan tugasnya sebagai negarawan.
Kepiawaian berbirokrasi pun bisa didapatkan dengan bimbingan parpol atau memang berpengalaman dalam berorganisasi. Komunikasi interal maupun eksternal harus bisa dilakukan oleh para caleg sehingga apa yang menjadi maksut mereka memperjuangkan nasib dan aspirasi rakyat pun mudah dilakukan.
Nyaleg adalah panggilan jiwa dan niat untuk membenahi bangsa dan negara. Pengetahuan dan sikap baik sifat nasionalis dan patriotis pun harus dilakukan dan dimiliki oleh para caleg sehingga jika nantinya terpilih dalam Pemilihan Umum Legislatif pun tidak menjadi tikus berdasi, melainkan para pejuang masa depan bangsa dan negara menjadi lebih baik lagi.
Jelang Pemilu, Caleg Harus Siap Kalah atau Menang
Reviewed by Muhammad Ibnu Idris
on
02:39
Rating:
