Saat berangkat ke kantor tadi pagi, tak sengaja saya melihat sebuah tulisan yang tercetak di punggung jaket seorang perempuan yang berboncengan. Tulisan itu yang membuat mata saya semakin terbelalak dan berfikir lagi tentang begitu besarnya besarnya pengaruh kemampuan / skill seseorang tentang suatu hal.
Teks yang tercetak begitu jelas tersebut bertuliskan "Knowledge only is not enough". Sebuah inspirasi dan pencerahan yang sangat positif sehingga mampu membuka mata orang lain yang melihat teks tersebut. Begitu hanya pemahaman saja tak cukup membuat orang sukses, dan tak cukup membuat orang bisa berbuat apapun.
Secara sifat, pemahaman hanya berupa kecerdasan akal atau akademisi saja. Dan benar, itu tak akan mampu membuat orang cukup untuk meraih sebuah kesuksesan. Lalu apa yang mampu membuat orang bisa sukses ?
Setelah sesorang menguasai materi yang dipelajari, tantang yang paling nyata adalah tanggung jawab untuk mengimplementasikanya. Banyak orang yang mampu berucap, banyak orang yang mampu untuk memotifasi, banyak orang yang mahir menasehati. Tapi itu tak akan cukup jika pengendalian emosional berupa skill atau kemampuannya diasah.
Mempelajari sesuatu, mencoba dan mempraktikkan sesuatu yang telah ia pelajari dan kemudian mengimplementasikannya demi kebaikan bersama dan selanjutnya sharing atau tukar pengalaman dan informasi berdasarkan apa yang pernah ia alami. Dan orang yang seperti inilah yang benar-benar manusia sejati. Bukan hanya sekedar mampu untuk berkata-kata.
"Knowledge only is not enough" harus kita tempelkan dalam otak sehat kita. Harus bisa kita letakkan dengan teks yang sangat besar di atas langit-langit kamar sehingga saat kita bangun tidur, kalimat ini bisa memotifasi kita untuk menjadi pribadi lebih baik lagi.
Pemahaman saja itu tak cukup. Jadi perlu ketekunan dan niat yang kuat untuk melatih dan mempraktikkan apa yang telah kita pelajari. Jadi lengkaplah kita sebagai manusia, secara teoristis kita mampu dan selain itu skill pun bisa digunakan untuk membuktikkan kredibilitas diri sendiri untuk membuktikan bahwa kita bukan hanya sekedar mampu berucap, tapi benar-benar bisa melakukan dan pernah mengalaminya sendiri sehingga tongkat estafet pun kita bisa serahkan kepada penerus kita selanjutnya.
Sebenarnya kemampuan akademis atau kecerdasan akal memang segala-galanya, tapi ingat bahwa itu bukanlah sesuatu yang menjadi segala-galanya. Dan kita bukanlah siapapun jika kecerdasan emosi (EQ) dan kemampuan / skill kita tidak pernah dibuktikan.
So, Knowledge only is not enough is true!
Knowledge Only is Not Enough
Reviewed by Muhammad Ibnu Idris
on
15:36
Rating:

No comments:
- Berikan respon anda dengan memberikan komentar yang baik. Baca Disclaimer.
- Kotak komentar ini hanya dikhususkan bagi pengunjung yang memiliki akun Google (Gmail / Google Plus).
- Jika anda tidak memiliki akun Google, silahkan berkomentar via Facebook di bagian atas.