Alam semesta ini memiliki begitu banyak keindahan dan keunikan yang mungkin jarang sekali bisa diketahui oleh banyak orang. Formasi ciptaan Tuhan itu pun sampai saat ini masih belum tuntas untuk dipelajari.
Beberapa ilmuwan dan satrolog pernah berbeda pendapat, salah satunya adalah dengan menyebutkan jika planet Bumi adalah pusat tata surya di alam semesta ini, bahkan berbagai planet lainnya, bintang, bulan, hingga matahari pun berputar mengelilingi bumi. Istilah tersebut dikenal dengan sebutan Geosentris.
Namun sayangnya, salah seorang ilmuwan astronom dan matematikawan Nicolaus Copernicus pernah membantah statemen tersebut dan menyatakan jika bumi merupakan bagian tata surya yang mengelilingi matahari atau disebut dengan Heliosentris. Karena statemen tersebut hingga ia pun terpaksa dibunuh karena dianggap menyimpang dari keimanan kaum pada masa itu. Sayangnya, statemen itu justru memang benar adanya.
Untuk memperkenalkan sistem tata surya di alam semesta ini, Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno menggagas pusat studi dan observasi astronomo dan antariksa dengan mendirikan Planetarium yang berpusat di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Tentang Gedung Planetarium :
Seperti namanya, Planetarium adalah sebuah tempat atau lokasi sentral yang digunakan untuk mempelajari berbagai hal tentang dunia astronomi dan planet di tata surya khususnya di galaksi Bima Sakti.
Proyek pembangunan Planetarium dan Observatorium dimulai pada tanggal 9 September 1964 dengan bantuan dana dari GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) yang berletak tepat di Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta Pusat yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno.
Pembangunan pusat studi tersebut berlangsung selama empat tahun dan selesai pada tanggal 10 November 1968. Planetarium tersebut diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin yang juga berbarengan dengan peresmian Pusat Kesenian Jakarta itu.
Setelah diresmikan, Planetarium dan Observatorium Jakarta tersebut tak langsung dibuka untuk umum, namun baru pada tanggal 1 Maret 1984, pusat studi astronomi tersebut baru dibuka untuk umum dan ditetapkan sebagai ulang tahun Planetarium dan Observatorium Jakarta.
Teknologi yang digunakan oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta mulanya menggunakan proyektor Universal yang diproduksi oleh perusahaan asal Jerman, Carl Zeiss. Namun pada tahun 1996, proyektor pun dimutakhirkan dengan menggunakan proyektor Universarium Model VIII yang jauh lebih canggih berbarengan dengan renovasi pada bangunan tersebut.
Hingga kini, sudah ada sekitar 320 kursi diletakkan di ruangan selebar 22 meter dengan pola terasering full audio-visual yang membuat para pengunjungnya pun serasa seperti berada di atas langit dengan desain teater bintang utuh.
Pola Pertunjukan :
Dalam pertunjukannya, Planetarium dan Observatorium Jakarta menghadirkan tayangan alam semesta di atas langit-langit kubah berwarna latar putih dengan bantuan Proyektor mutakhir yang memantulkan gambar cahaya. Dipandu dengan seorang prolog yang membantu menceritakan dan menyajikan isi pertunjukan tersebut, para pengunjung pun seakan dibawa untuk melihat alam semesta seperti sebenarnya.
Bahkan pengunjung pun akan dikenalkan seluruh planet dan benda langit yang berada di galaksi Bima Sakti secara lengkap dan jelas dengan audio visual yang sangat mendukung. Teater astronomi itu pun sangat cocok untuk masyarakat dan pelajar yang ingin mengenal dan mengetahui sistem dan benda di tata surya yang ada.
Jadwal Pertunjukan :
Untuk bisa menghadiri dan menyaksikan sensasi belajar sambil bertamasya ke luar angkasa di Planetarium dan Observatorium Jakarta, pengunjung bisa datang pada hari Selasa, Rabu dan Kamis dengan jam pertunjukan yakni pukul 09.30, 11.00 dan 13.30 WIB. Sedangkan pada hari Jumat, pengunjung bisa datang pada jam 09.30 dan 13.30 WIB. Jam kunjungan tersebut berlaku untuk para rombongan.
Sedangkan untuk pengunjung umum, bisa hadir pada hari Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 16.30 WIB, untuk hari Sabtu dan Minggu bisa datang pada pukul 10.00, 11.30. 13.00 dan 14.30 WIB.
Harga Tiket Masuk (HTM) :
Ada beberapa kriteria biaya masuk dengan kriteria pengunjung sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 3 tahun 2012. Diantaranya adalah untuk kriteria rombongan, bagi Pelajar atau Mahasiswa dikenakan biaya Rp. 5.000 /orang, dan untuk rombongan pengunjung bukan pelajar akan dikenakan biaya Rp. 10.000/orang.
Sedangkan bagi pengunjung umum dibagi dua kriteria yakni pengunjung Dewasa dikenakan biaya Rp. 7.000 /orang dan untuk anak-anak dikenakan biaya Rp. 3.500 /orang.
Penulis : Shisy Yulianti
Beberapa ilmuwan dan satrolog pernah berbeda pendapat, salah satunya adalah dengan menyebutkan jika planet Bumi adalah pusat tata surya di alam semesta ini, bahkan berbagai planet lainnya, bintang, bulan, hingga matahari pun berputar mengelilingi bumi. Istilah tersebut dikenal dengan sebutan Geosentris.
Namun sayangnya, salah seorang ilmuwan astronom dan matematikawan Nicolaus Copernicus pernah membantah statemen tersebut dan menyatakan jika bumi merupakan bagian tata surya yang mengelilingi matahari atau disebut dengan Heliosentris. Karena statemen tersebut hingga ia pun terpaksa dibunuh karena dianggap menyimpang dari keimanan kaum pada masa itu. Sayangnya, statemen itu justru memang benar adanya.
Untuk memperkenalkan sistem tata surya di alam semesta ini, Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno menggagas pusat studi dan observasi astronomo dan antariksa dengan mendirikan Planetarium yang berpusat di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Tentang Gedung Planetarium :
Seperti namanya, Planetarium adalah sebuah tempat atau lokasi sentral yang digunakan untuk mempelajari berbagai hal tentang dunia astronomi dan planet di tata surya khususnya di galaksi Bima Sakti.
Proyek pembangunan Planetarium dan Observatorium dimulai pada tanggal 9 September 1964 dengan bantuan dana dari GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) yang berletak tepat di Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta Pusat yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno.
Pembangunan pusat studi tersebut berlangsung selama empat tahun dan selesai pada tanggal 10 November 1968. Planetarium tersebut diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin yang juga berbarengan dengan peresmian Pusat Kesenian Jakarta itu.
Setelah diresmikan, Planetarium dan Observatorium Jakarta tersebut tak langsung dibuka untuk umum, namun baru pada tanggal 1 Maret 1984, pusat studi astronomi tersebut baru dibuka untuk umum dan ditetapkan sebagai ulang tahun Planetarium dan Observatorium Jakarta.
Teknologi yang digunakan oleh Planetarium dan Observatorium Jakarta mulanya menggunakan proyektor Universal yang diproduksi oleh perusahaan asal Jerman, Carl Zeiss. Namun pada tahun 1996, proyektor pun dimutakhirkan dengan menggunakan proyektor Universarium Model VIII yang jauh lebih canggih berbarengan dengan renovasi pada bangunan tersebut.
Hingga kini, sudah ada sekitar 320 kursi diletakkan di ruangan selebar 22 meter dengan pola terasering full audio-visual yang membuat para pengunjungnya pun serasa seperti berada di atas langit dengan desain teater bintang utuh.
Pola Pertunjukan :
Dalam pertunjukannya, Planetarium dan Observatorium Jakarta menghadirkan tayangan alam semesta di atas langit-langit kubah berwarna latar putih dengan bantuan Proyektor mutakhir yang memantulkan gambar cahaya. Dipandu dengan seorang prolog yang membantu menceritakan dan menyajikan isi pertunjukan tersebut, para pengunjung pun seakan dibawa untuk melihat alam semesta seperti sebenarnya.
![]() |
Ruang teater Planetarium dan Observatorium Jakarta |
Bahkan pengunjung pun akan dikenalkan seluruh planet dan benda langit yang berada di galaksi Bima Sakti secara lengkap dan jelas dengan audio visual yang sangat mendukung. Teater astronomi itu pun sangat cocok untuk masyarakat dan pelajar yang ingin mengenal dan mengetahui sistem dan benda di tata surya yang ada.
![]() |
Pintu masuk ruang teater Planetarium dan Observatorium Jakarta Foto (Shisy - nemukabar.com) |
Jadwal Pertunjukan :
Untuk bisa menghadiri dan menyaksikan sensasi belajar sambil bertamasya ke luar angkasa di Planetarium dan Observatorium Jakarta, pengunjung bisa datang pada hari Selasa, Rabu dan Kamis dengan jam pertunjukan yakni pukul 09.30, 11.00 dan 13.30 WIB. Sedangkan pada hari Jumat, pengunjung bisa datang pada jam 09.30 dan 13.30 WIB. Jam kunjungan tersebut berlaku untuk para rombongan.
Sedangkan untuk pengunjung umum, bisa hadir pada hari Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 16.30 WIB, untuk hari Sabtu dan Minggu bisa datang pada pukul 10.00, 11.30. 13.00 dan 14.30 WIB.
Harga Tiket Masuk (HTM) :
Ada beberapa kriteria biaya masuk dengan kriteria pengunjung sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 3 tahun 2012. Diantaranya adalah untuk kriteria rombongan, bagi Pelajar atau Mahasiswa dikenakan biaya Rp. 5.000 /orang, dan untuk rombongan pengunjung bukan pelajar akan dikenakan biaya Rp. 10.000/orang.
Sedangkan bagi pengunjung umum dibagi dua kriteria yakni pengunjung Dewasa dikenakan biaya Rp. 7.000 /orang dan untuk anak-anak dikenakan biaya Rp. 3.500 /orang.
Penulis : Shisy Yulianti
Ingin Mengenal Tata Surya, Kunjungi Saja Planetarium dan Observatorium Jakarta
Reviewed by Muhammad Ibnu Idris
on
21:47
Rating:

No comments:
- Berikan respon anda dengan memberikan komentar yang baik. Baca Disclaimer.
- Kotak komentar ini hanya dikhususkan bagi pengunjung yang memiliki akun Google (Gmail / Google Plus).
- Jika anda tidak memiliki akun Google, silahkan berkomentar via Facebook di bagian atas.